Friday, November 18, 2016

Jangan Asal Cropping



Cropping refers to the removal of the outer parts of an image to improve framing, accentuate subject matter or change aspect ratio. Depending on the application, this may be performed on a physical photograph, artwork or film footage, or achieved digitally using image editing software. The term is common to the film, broadcasting, photographic, graphic design and printing industries.

Begitu kata Wikipedia.

Ketika hendak memotret, pasti kamu udah mengatur berbagai hal, mulai dari mengatur kecepatan rana, bukaan diafragma, pilihan lensa, sampai menentukan detail yang masuk ke dalam frame.

Tapi, ketika melihat hasilnya, ada saja yang kurang sempurna, entah ada bagian dari subyek utama yang nggak bagus atau ada elemen pengganggu di background.

Ini terkadang memang menjadi masalah umum di kamera--apa yang dilihat di viewfinder tidak selalu sama dengan hasil fotonya. Di era film, menghilangkan hal-hal semacam ini nggak gampang. Tapi kini, di zaman serba digital, cropping menjadi lebih cepat dan memberi berbagai opsi yang lebih kreatif. Hanya saja, usahakan agar cropping pasca produksi tidak menjadi kebiasaan.

Berhati-hatilah pada pemotretan close-up yang bagian-bagian subyeknya menyentuh pinggiran bingkai atau yang hanya menyisakan ruang tipis untuk latar belakang. Sebab foto akan terasa terimpit.

Melakukan cropping memang sah-sah saja, tapi kamu tetap perlu cermat, apalagi kalo sampai pada pilihan cropping ketat. Yang penting, usahakan agar keseimbangan foto tetap terjaga.

Seandainya saja ada bagian dari objek yang kamu potret terpotong, misalnya telinga atau tangannya. Jangan sekali-sekali mencoba mengoreksinya dengan menambahkan bagian yang hilang tersebut, lewat software pengolah foto. Hanya akan buang-buang waktu saja, karena hasilnya bakal nggak bagus. Mendingan lakukan cropping saja sekalian, lebih ketat tapi lebih dinamis.

Berikut beberapa contoh foto yang sebelum dan sesudah di-cropping.

sebelum dan sesudah di-cropping. dengan sedikit sentuhan blur

cropping ketat.

cropping untuk memperkuat komposisi.

Jadi salah cropping, bisa berakibat kesan dramatis langsung pudar. Bisa juga jadi salah fokus. Bisa juga jadi ... ah entahlah.

Tapi lagi-lagi, hey, ini zaman serba mudah. Tinggal ctrl z atau click click di panel history, semuanya kembali seperti semula :D

Selamat cropping!

Saturday, November 12, 2016

Leaflet - Another Power of Dream


Yah, kalau dilihat-lihat sih, retail itu memang butuh media promosi yang banyak ya.

Kayak divisi retail interior tempat saya kerja dulu, banyak banget ngeluarin edisi leaflet. Namanya juga retail, harus didukung dengan promosi yang dahsyat. Salah satunya ya leaflet. Yang lantas biasanya disebarkan di pameran-pameran. Dan, tiap kali mau pameran, pasti ganti desain.

Dan leaflet tentu saja menggunakan bahasa gambar. Pictures talk! Jadi saya harus mendesain sesuatu yang catchy.

Dengan mengangkat tema: The Power of Dream, saya menjabarkan tentang mimpi seseorang akan interior rumah impian.

Saya gambarkan dengan seorang perempuan yang tangannya sedang meraih foto-foto interior. Lalu saya lengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi berbau bambu, karena ada satu seri furniture yang meski bahan utamanya tetap kayu, tapi mengambil style tekstur bambu.

Masih mengusung campaign, Green Products, saya juga sengaja mengambil warna hijau sebagai warna dominan, dan mencantumkan kalimat-kalimat berbau "Green Campaign di bagian belakang leaflet.

Hingga tereksekusilah seperti ini.







Untuk desain-desain lainnya, bisa intip ke Facebook Page yah.
Sampai ketemu lagi di portfolio berikutnya!

Cheers!

Wednesday, October 26, 2016

Web Community yang Cocok untuk Menaruh Online Portofolio



Kamu suka utak atik desain grafis?

Suka bingung nggak sih, di mana naruh portofolio? Pastinya kamu butuh tempat buat naruh karya-karya yang sudah kamu hasilkan kan?

Ditaruh di facebook sih bisa, tapi kalau kamu cuma punya teman sedikit, ya, jadi cuma sedikit juga yang bisa lihat. Bikin blog atau website? Sudah pasti harus. Kamu harus banyak-banyak promosi ya.

Nah, kalau menurut beberapa desainer profesional, selain kamu harus punya web sendiri, taruhlah juga portfoliomu di platform-platform atau website-website community.

4 Website community yang bisa menjadi tempat portfolio online kamu.

1. Coroflot.com

 

 


Beberapa keunggulan Coroflot.com adalah:

  • Free, unlimited storage
  • Mobile access. Yep, Clorofot dapat diakses via handphone, Gaes.
  • Ada statistik berapa orang yang melihat karyamu online, berapa yang follow dan siapa yang favoritin karya kamu
  • Kamu bisa personalize online portfolio menurut selera kamu masing-masing
  • Personal URL. Yep, jadi kayak blog di blogspot. Kamu bisa pilih sendiri URL online portfoliomu.
Hanya saja untuk bisa join, mereka punya standar yang harus dipenuhi. Jadi memang nggak sembarang orang bisa jadi member. But see this way, kalau kamu berhasil join, berarti karya kamu sudah pasti dianggap bagus. What do you think about that? :)


2. Behance.net




Behance.net juga merupakan tempat yang tepat buat menyimpan portfolio secara online.

FYI, Behance ini milik Adobe loh. Tahu kan, Adobe? Yep, developernya Photoshop dan banyak software grafis itu. :) Yang menguntungkan dari Behance, ada apps-nya di Android juga lho.


3. Deviantart.com

 


Deviantart ini bagaikan jejaring pertemanan tapi khusus untuk para artist.

Nggak cuma desainer grafis yang bisa kumpul di deviantart, poems, penyair juga banyak yang bergabung di sana. It's a right place untuk mengumpulkan portfolio juga di sana.

Saya sudah punya akun di Deviantart. Pernah rajin juga submit artwork dan portfolio saya di sana. Sayang, nggak ada waktu lagi sekarang. Boleh cek ke http://r3dcarra.deviantart.com/. Dulu bahkan saking rajinnya posting di sana, saya sampai dibeliin membership premium selama setahun lho sama temen saya. :))))

Deviantart ini juga ada Android apps-nya.

4. Dribbble.com




Yes, with 3 'b's in dribbble.

Merupakan komunitas di mana para desainer berkumpul dan memamerkan karya masing-masing secara online. Tak hanya menyediakan tempat untuk memamerkan karya, dribbble juga memungkinkan para pemilik proyek mencari talents untuk setiap proyek yang mereka miliki.




Konon, kata seorang desainer pro luar, kalau kamu mau branding sebagai desainer grafis, ada baiknya kamu punya portfolio di semua web community gitu. Karena masing-masing kan punya massa sendiri-sendiri. Menebar jala, gitu istilahnya.

Saya juga pernah pengin juga punya online portfolio di web-web community itu. Dulu. Pas saya masih banyak ngerjain desain grafis. Saya pernah dapat klien dari Deviantart. Sekali doang sih, tapi cukup bisa memompa kepedean saya untuk terus berkarya.

Sekarang, saya sudah nggak banyak desain grafis lagi. Corel pun udah downgrade. Huhuhu.

Well, sebenarny masih ada beberapa online portfolio yang lain juga sih, nggak cuma lima ini. Silakan aja digugling dengan keyword "online portfolio".

Thursday, October 20, 2016

Logo Design - ESTO



Ini adalah cerita proses desain logo ESTO, yang tadinya merupakan dua perusahaan furniture yang terpisah.

Si Klien ceritanya mau menyatukan dua perusahaan yang berbeda, menjadi satu perusahaan besar yang bergerak masih di bidang furniture interior. Cuma tadinya perusahaan yang satu adalah produksi, yang satunya lagi adalah manajemen. Sekarang yang produksi diakuisisi oleh perusahaan manajemen, gitu deh singkatnya.

Nah, Si Klien minta logo yang super simpel, tapi pokoknya bisa menyimbolkan bahwa perusahaan tersebut tadinya merupakan dua perusahaan berbeda yang akhirnya bersatu.

Wih, kayak jodoh yak. Halah.
Anyway...

I came up dengan super simple idea. Tiga buletan kayak gini doang, dengan tulisan ESTO di tengahnya, yang mana ternyata Si Klien ternyata suka.



Logo ini kemudian membawa saya untuk bermain-main dengan warna. Tentu saja saya berusaha mencari warna yang bisa mereprentasikan antara lain kayu, furniture, elegan, eye catching dan sebagainya.


And so, setelah berdiskusi, jadilah logonya seperti ini.



Simpel yes? Banget lah. Nggak neko-neko. Gampang pula diaplikasikan ke berbagai warna media. No shadow, no garis yang berlekuk-lekuk, gampang diduplikasi meski berarti gampang dipakai sembarangan :))

Yah emang sih. Logo yang baik itu adalah logo yang tetap bagus saat dibikin grayscale, nggak terlalu berubah bentuk kalau diresize, dan gampang diduplikasi/ditrace. Meski yang terakhir itu nggak boleh sembarang orang yang menduplikasi, tapi artinya saat pengin ngubah, entah warna entah tulisan, kamu nggak perlu manggil desainer :))

Jadi beginilah aplikasi-aplikasinya.



SIMPLE! :D

Berikutnya adalah bikin corporate kits meliputi kertas kop dan business card.

Sampai ketemu di portfolio berikutnya!

Sunday, October 16, 2016

Fotografi: Vanities #1



Salah satu dari job desc saya dulu, sebagai staf E-Marketing, adalah motret product untuk keperluan katalog, juga untuk diunggah ke web as online catalog.

Di antara banyak product (yang nantinya juga akan saya upload satu per satu) ada satu seri bathroom accessories atau vanities, terbuat dari kayu, yang saya foto. Saya lupa sih nama serinya apa. Pokoknya konsepnya adalah tropical bathroom.

Untuk keperluan foto produk, biasanya produk saya angkut ke sebuah so-called-studio yang ada di sisi sebelah belakang dari showroom kantor saya dulu. Kamera yang saya pakai adalah DLSR merek Canon. Saya lupa serinya. Di studio tersebut juga ada lighting yang cukup lengkap.

Sesi foto produk biasanya saya memang membuat 2 jenis foto, yaitu foto detail dan foto produk set.

Foto-foto di bawah ini berasal dari satu set produk vanities, berikut kondisinya saat foto belum saya touch up, dan foto setelah saya edit dengan Photoshop.

Foto-foto products detail.







Dan yang di bawah ini adalah products in set.


Motret produk gini asyik bangeeeetttt!!!!
Nggak enaknya cuma satu. Banjir keringat karena studionya panasss!! Hahaha. Harusnya dikasih AC ya. Hihihi.

Sampai ketemu lagi di portfolio berikutnya.

Sunday, October 2, 2016

Product Design: Seri Wooden Home Decor dan Table Tops



Setiap kali buying seasons dimulai, biasanya ada petunjuk mengenai produk-produk yang dicari oleh buyer. Suatu kali clue-nya adalah table tops.

So, saya membuat berbagai bentuk vas, tempat lilin, plates dan segala macam home decor yang dipajangnya dengan diletakkan di atas meja (table tops). Saya mengaplikasikan berbagai material, di antaranya kayu.

Seperti yang di bawah ini.




As you can see, kadang hasil akhir memang berbeda dengan desain. Ada banyak faktor yang menyebabkannya. Biasanya sih teknis.

Untuk kasus table tops di atas, warnanya yang berubah. Itu biasanya adalah masukan dari divisi marketing, yang disesuaikan dengan permintaan buyer.

Kesulitannya apa ya waktu itu?
Lebih ke treatment kayunya sih. Kalau yang bentuknya kotak-kotak itu sih gampang, kayunya tipis dan biasanya cukup kering hingga mudah dan nggak butuh treatment khusus. Nah, untuk desain ketiga, itu kayunya harus dibubut. Kendalanya, kalau kayunya nggak kering benar seiring waktu kadang terus muncul rekahan di sana sini.

Well, ini adalah post protfolio product design eikeh yang pertama. Bakalan ada lagi, tapi ya dari koleksi yang sudah-sudah ya. Secara sekarang kan nggak ngerjain kayak gini lagi. Hihihi.

Thursday, September 29, 2016

Tutorial Menambahkan Efek Kabut dengan Photoshop



Kabut, dapat menambah kesan mistik dan menarik pada foto. Tapi kesempatan untuk membuat foto seperti ini sangat jarang bisa terjadi. Jadi gimana dong?
 
Well, kita dapat menambahkan kabut pada foto kok. Tentunya dengan pertolongan The Mighty Photoshop ^^

Caranya gampang! :)







Cara menambahkan efek kabut pada foto



1. Open file yang akan kita olah.

2. Create a New Layer

Terserah mau dinamain apa nggak deh itu layer baru :)




3. Pastikan bahwa warna foreground hitam dan background nya berwarna putih ya.





4. Lalu kita mulai tambahin kabutnya.

 Filter > Render > Clouds.




5. Ubah layer ke screen mode.

Pada palet Layers, kita ganti blending mode-nya menjadi Screen. Layers > Blending Mode > Screen


Jadinya kayak gini kalau sudah diaplikasikan.





6. Sesuaikan opacity supaya alami

Sekarang kita set opacitynya agar kabut ga terlalu tebal dan terlihat lebih alami. Ubah opacity pada palet Layers menjadi 50%



Nah, jadinya begini nih.






7. Tipiskan lagi kabutnya

Sampai di sini, kita lihat kita masih perlu menipiskan lagi kabutnya supaya lebih tampak alami lagi. Dengan eraser tool mode Brush dan opacity 100% hapus kabut pada foreground. Di sini saya hapus kabut di bagian depan dari sungai.


Nah, jadinya begini.






8. Hapus lagi di bagian tengah

Masih dengan eraser tool, opacity 30%, hapus kabut secara tipis dan randomly di bagian tengah.


Lalu jadinya begini.








Hasil akhir tergantung pada skill menghapus :))
Selamat mencoba :)

Wednesday, August 31, 2016

Logo Design - Kareena Hijab Online Store



Beberapa waktu yang lalu, saya dapat pesanan logo untuk toko online hijab, dari Mbak Vera Kurnia. Beliau di awal ternyata sudah punya gambaran logonya pengin kayak gimana. Jadi lebih gampang deh, saya ngerjainnya.

Beliau mengirimkan referensi logonya, sebagai berikut:









Mbak Vera memberi catatan;
  • Pada bingkai Mbak Vera nggak pengin memakai garis yang berupa hijau garis-garis itu.
  • Lingkarannya bisa memakai gambar bros-bros atau pernik-pernik hijab. 
  • Yang penting tulisannya jenisnya mirip seperti contoh. 
  • Untuk warna dominan memakai warna peach sama ungu muda sekali. 
  • Ada sketsa wanita berhijab yang menghadap ke arah kanan.

Akhirnya saya membuatkan beberapa model sketsa perempuan berhijab, seperti di bawah ini.



Setelah saya kirimkan pada Mbak Vera untuk dipilih, akhirnya memilih profil perempuan hijab yang nomor 1.



Nah, dari sketsa tangan itu lalu saya vectorkan, lalu saya coba untuk bikin dua alternatif desain seperti di bawah ini.



Kedua alternatif tersebut kembali saya kirimkan pada Mbak Vera untuk dipilih, dan barangkali akan ada revisi. Ternyata revisinya cukup lumayan :D

Mbak Vera memilih alternatif desain yang kedua, yang dominan warna ungu muda. Ada beberapa catatan revisi:

  • Sketsa perempuannya kerudungnya dikasih warna pink, brosnya warna hijau toscha, background sketsa kuning seperti di logo bagian atas.
  • Border bunga nya diganti hijau toscha
  • Backgroud logo putih, dengan tulisan warna pink cerah
  • Huruf K dan H agak lebih dibesarkan sedikit ukurannya.
  • Bentuknya jangan terlalu lonjong.

Setelah saya revisi, jadilah begini.



Masih ada kesempatan untuk revisi lagi, Mbak Vera menginginkan tulisan "Kareenaa Hijab"-nya berwarna Shocking Pink. Bahkan beliau akhirnya mengirimkan contoh warna yang diinginkannya.








Nah, kalau ada warna referensi begini sih lebih gampang kan ya? :)) Hingga jadilah logo final, seperti berikut ini:



Yak! Mbak Vera mengaku sudah puas dengan logo ini :D Semoga beneran puas dan sesuai dengan keinginan ya, Mbak Vera. Terima kasih sudah pesan logo ke saya :D Semoga online shop-nya sukses ya, dan terus berkembang. Amin!

Untuk logo-logo yang lain yang pernah saya buat, ataupun graphics design yang pernah saya buat, bisa dilihat di blog portfolio ataupun di facebook.

Sampai ketemu lagi di proyek berikutnya! :D

Thursday, August 25, 2016

Tutorial Menambahkan Fake Shadow pada Foto Barang dengan Photoshop



Tutorial berikutnya untuk bahasan “Foto dengan Background vs Foto tanpa Background”, setelah membuat shadow dengan tool Blending Option, adalah membuat sendiri shadow dengan bantuan tool-tool yang ada di Photoshop. Shadow yang dihasilkan dengan cara ini lebih terlihat 3 dimensi, dan kalau kamu cukup mempunyai imajinasi yang bagus, bisa keliatan sangat alami.

Nggak perlu khawatir musti ngegambar sendiri :D Cukup gampang, tapi memang butuh step yang lebih panjang sedikit.

Begini caranya.

1. Buka file yang ingin diedit.





2. Lakukan seleksi seperti yang pernah diajarkan di posting Tutorial Menghilangkan Background.





3. Ubah Layer Background menjadi Layer 0 

Step ini juga bisa dilihat di Tutorial Menghilangkan Background tadi ya.



4. Tambahkan layer baru

Juga bisa dilihat di Tutorial Menghilangkan Background.



Drag Layer yang baru ke bagian bawah hingga layer baru tersebut berada di bawah Layer 0 yang berisi foto barang tadi. Ini berfungsi sebagai background nantinya.



5. Bikin salinan layer untuk shadow

Klik kembali Layer 0 lalu ulangi langkah ke 4 untuk membuat Layer baru, namun jangan didrag. Biarkan saja dia di situ, di atas Layer 0 tadi. Layer ini berfungsi sebagai tempat shadow. Kamu bisa me-rename nya dengan klik kanan pada layer baru dan klik “Layer Properties” lalu ketikkan nama yang baru, supaya ga bingung di sini saya kasih nama “Shadow”



6. Bikin shape shadow

Pada layer shadow, dengan memakai Paint Bucket Tool yang ada di toolbar, berikan warna hitam pada layer terseleksi. Pastikan dulu bahwa warna foregroundnya hitam.



Kalo Paint Bucket belom muncul, pasti yang terdisplay di toolbar kamu adalah Gradient Tool. Ubahlah menjadi Paint Bucket Tool dengan cara klik pada tool agak lama, maka akan muncul jendela option. Pilih Paint Bucket Tool.

Sedangkan jika foreground belom berwarna putih, kamu bisa mengubahnya dengan memilih warna pada Swatches Panel.

7. Aktifkan kembali layer shadow

Kliklah dalam kondisi Layer Shadow aktif (ter-seleksi) di dalam daerah yang sudah diseleksi tadi.




8. Duplicate layer

Kembali klik di Layer 0. Masih dalam kondisi terseleksi, buatlah salinan layer. Caranya dengan klik kanan Layer 0 lalu pilih Duplicate Layer. Atau kamu bisa klik saja Ctrl J.





Dapat dilihat bahwa si obyek terseleksi sekarang sudah terkopi.


9. Pindahkan layer

Drag Layer Shadow ke bagian bawah Layer 2 tadi, agar berada di bawah foto Vas.




10. Hilangkan backgroud putih

Kamu bisa menghapus Layer 0 sekarang kalo kamu mau, ato bisa di-hide saja supaya nggak keliatan. Caranya dengan meng-klik simbol mata yang ada di samping nama layer.




Bisa liat, bahwa background sudah hilang? You’re doing just good so far :D hehe


11. Bentuk fake shadow

Sekarang tinggal membentuk si Fake Shadownya. Klik kembali Layer Shadow supaya dalam kondisi aktif kembali. Lalu ke menu bar di bagian atas. Pilih Edit > Transform > Distort.




12. Perkirakan jatuhnya shadow

Dan mulailah mengira-ngira jatuhnya si bayangan. Usahakan tampak senatural mungkin dengan membayangkan kira-kira bentuknya gimana, jatuhnya di mana, ukurannya seberapa.



Yang ini spertinya butuh imajinasi lebih ya, tapi jangan khawatir, kamu selalu bisa mengulangi langkah ini hingga mendapatkan hasil yang menurut kamu paling memuaskan. Caranya dengan mengaktifkan panel History, lalu kliklah per step hingga kamu mendapatkan step di mana kamu bisa mengulanginya.

Kalau udah mendapatkan hasil yang kira-kira paling meyakinkan, kliklah tanda centang di bagian atas.


13. Naturalkan.

Masih dalam kondisi Layer Shadow aktif, go to Menu bar. Pilih Filter > Blur > Gaussian Blur.








Di sini saya pake radius 5 pixels. Kamu bisa mengisikan bilangan berapapun yang menurut kamu paling bagus dan jatuhnya bayangan menjadi lebih alami.


Sehingga didapatkan hasil seperti di bawah ini.




14. Atur opacity

Udah selesai? Belom! :D satu langkah kecil lagi supaya semakin keliatan alami itu shadownya.

Masih dalam kondisi Layer Shadow aktif, aturlah opacitynya.




Di sini saya pake 80%, dan jadi deh.

Hasilnya akan seperti ini kalo udah kamu save ke format .jpeg



Haaa! Not bad kan :D lebih keliatan alami ketimbang drop shadows.

Udah bisa? Udah persis sama dengan foto di atas hasilnya??

Yakk! Anda dinyatakan lulus! :)))

Yeah, dengan begini sih, semoga bertambah aja pengetahuan kamu ya. Biar lebih clear dan clean foto produknya, yes?

Semoga bermanfaat ya!