Tuesday, May 22, 2018

Cover Buku Flashes Of Life: 99 Cerita Hidup dan Kematian



Beberapa waktu yang lalu, saya mendesain salah satu kaver buku kumpulan flashfiction lagi. Temanya cukup unik, yaitu cerita-cerita tahapan hidup manusia, sejak usia anak-anak hingga akhirnya tiba waktunya untuk kita "pulang".

Menarik kan? Hehehe.
Iyain aja. Soalnya itu buku proyek saya. Huahahaha.

Setelah naskah siap, maka saatnya saya men-"dekorasi" wajah buku supaya menarik, dan bikin orang penasaran buat beli.







Setelah beberapa kali berusaha semedi--dan gagal--saya tiba-tiba ingat, kalau saya pernah bikin 2 sketsa ini.

Judulnya Rouge.





Dan yang kedua adalah ini, Verve.



Kayaknya cocok ya dengan tema bertumbuh dalam tahapan hidup manusia. Cuma yang Rouge itu memang agak savage sih. Tapi saya tetap coba bikin.

Satu mewakili yang savage, satu lagi mewakili yang "aman".

Dan jadilah dua artworks berikut.






Saya melakukan polling di grup inti pengurus penerbitan buku ini aja sih, enggak ke semua penulis. Karena sebenarnya saya sudah tahu, yang mana yang bakalan dipilih.

Ternyata, iya, yang kedua yang dipilih. Sesuai dengan yang saya prediksi. Hehehe.



So, proudly presents, buku kumpulan flashfiction Flashes of Life: 99 Cerita Hidup dan Kematian. Penulisnya ada 30 orang. Iya, banyak. Soalnya ini dulu dari hasil audisi. Kebetulan ya banyak juga yang kirim, sampai terkumpul 99 flashfiction. Hahaha.






Yang mau, bisa langsung pesan ke Stiletto Book.
Kebetulan sekarang sih masih preorder. Tapi umpamanya selesai masa preorder pun masih bisa terus dipesan kok, karena sistemnya memang print on demand.

Saya sertakan poster pemesanannya deh ya.



Sampai ketemu di desain berikutnya!

Sunday, May 13, 2018

Tutorial Photoshop: Membuat Kolase Simpel




Hai! Zaman sekarang aplikasi editing foto sih udah banyak yah. Kita pun mudah buat menggunakannya. Nggak perlu sekolah desain kalau cuma buat banner atau kolase mah.

Tapi, menurut saya, keterampilan menggunakan Photoshop atau program desain grafis lainnya ini tetap penting ya, apalagi kalau kamu memang mau desain sendiri dengan lebih leluasa, yang bisa "kamu banget".

Nah, memenuhi permintaan seorang penggemar teman, saya akhirnya nulis tutorial bikin kolase pakai Photoshop ini.

Sebenernya saya juga bingung nulis ini, karena semacam ngajarin desain gitu, bikin kolase beginian mah tergantung ama imajinasi kita masing-masing mau dibikin gimana kan?







Tapi yaa sudahlah.
Mau tak bikin yang model beginian?




Mau ya? Yang begini dulu deh ya.
Ntar kalau ada yang lebih bagus, saya nulis tutorialnya lagi deh.
Mulai aja yuk!

Tutorial Photoshop: Membuat Kolase Sederhana


1. Buka file yang akan dijadikan foto background.




2. Buat group layer, biar gampang nanti kalau mau edit-edit. Caranya: di panel layers sebelah kanan, klik simbol folder nya >> “Create a new group”





3. Bikin rectangle putih di dalem group tadi. Besarnya sih dikira-kira aja yah.




4. Bikin layer baru masih di dalam group 1 tadi. Layer > New > Layer




5. Tambahkan rectangle warna hitam di atas rectangle putih tadi.




6. Buka file foto yang mau ditaruh di dalam frame tadi. Terus, bisa copy-paste atau langsung drag aja ke file kolase.





7. Kalau file fotonya udah “pindah” trus klik menu Layer > Create Clipping Mask. Sebelumnya pastikan dulu, layer foto ada di atas layer rectangle item yah? Digeser aja dengan drag kalau belum bener posisinya.




8. Drag foto ke posisi yang diinginkan, bisa di re-scale juga. Silakan, mau digimanain. Di-filter juga bisa.





9. Nah, terus, kalau mau ngedit si groupnya (mau di-scale, rotate apa di-drop shadows) di-close dulu groupnya di panel layers. Dengan ngeklik simbol segitiga yang ada di samping simbol mata.





10. Nah, bisa ditambahin image group yang kedua nih. Caranya ya sama kayak pas bikin group 1 tadi :D jangan lupa add new layer dulu yah.
Kalau enggak, group ke2 itu akan  jadi anak-group group 1 *belibet*










11. Abis itu bisa dihias-hias deh. Tambahin tulisan misalnya :D




Udah jadiii!
Simpel kan, tutorial photoshop kolasenya?

Selamat mencoba!

Saturday, May 5, 2018

Ini Dia 10 Font Paling Populer di Kalangan Desainer Grafis - Kamu Sering Pakai yang Mana?



Karakter sebuah artwork desain grafis--terutama yang berupa komunikasi visual--tak akan lepas dari font. Karena, meski picture talks, tapi informasi utama biasanya tersampaikan melalui tulisan.

Font sendiri bisa banget menentukan karakter sebuah desain grafis. Jadi, selain berfungsi untuk menyampaikan pesan, font juga bisa menjadi elemen desain tersendiri.


Di dunia ini ada buanyak sekali font. Mungkin jutaan ya. Tapi, dari semua font tersebut, ternyata hanya 10 saja yang paling banyak digunakan, terutama oleh para desainer grafis.

Kenapa 10 font ini? Karena bentuknya sederhana, sehingga kalau dipakai dalam penyusunan kalimat dan kata dalam sebuah artwork desain grafis, biasanya juga mudah terbaca meski dari kejauhan sekalipun.

Font apa saja sih yang paling populer ini? Ini dia.


10 font paling populer dan paling banyak digunakan oleh para desainer grafis, dan sedikit sejarah mengenainya


1. Helvetica (Max Miedinger, 1957)





Ya, Helvetica barangkali adalah font paling populer dan paling banyak dipergunakan di seluruh dunia. Helvetica ini simpel dan desainnya modern, tapi sekaligus everlasting.


2. Baskerville (John Baskerville, 1757)



John Baskerville mendesain typeface ini karena dia kurang puas dengan font Caslon yang saat itu sedang ngehits. Baskerville dikatakan sebagai font gaya transisi, antara Caslon yang klasik dengan Bodoni yang modern.

Dalam perkembangannya, font Baskerville didesain ulang supaya tampak lebih elegan hingga melahirkan font New Baskerville.


3. Times (Stanley Morison, 1931)




Manajer harian The Times, William Lints-Smith, mendapatkan kritik dari Stanley Morison untuk typeface atau font yang mereka gunakan dalam surat kabar mereka yang beredar di London. Lints-Smith lantas merekrut Morison agar membuatkan mereka font yang sesuai dengan image The Times.

Morison akhirnya mendesain satu bentuk font baru, yang dinamainya Times New Roman, yang menggantikan font lama, Times Old Roman. Kini Times New Roman merupakan salah satu font yang pualing banyak digunakan.


4. Akzidenz Grotesk (Brethold Type Foundry, 1896)



Font ini mendapatkan pengaruh dari beberapa font yang lebih terkenal sebelumnya, seperti Frutiger dan Helvetica.

Font ini disukai karena punya variasi ketebalan yang sangat luas, terutama setelah dikembangkan lagi oleh Gunter Gerhard Lange di tahun 1950-an.


5. Gotham (Hoefler and Frere- Jones, 2000)



Dirilis di tahun 2000, Gotham merupakan pengembangan dari font lama, Gothic, hingga kemudian font ini berkembang dan disukai oleh para desainer grafis karena gaya modern dan simplicity-nya.

Font ini juga menjadi font "resmi" untuk berbagai poster dan komunikasi visual selama kampanye Presiden Obama tahun 2008 lo.


6. Bodoni (Giambattista Bodoni, 1790)



Bodoni mendesain font ini di abad ke-18 di kastel milik Duke Ferdinand of Bourbon-Parma, yang sangat mengagumi hasil karya tangan Bodoni sehingga mengizinkannya untuk membuat kantor percetakan sendiri di dalam kastelnya.

Tahun 1920-an, Morris Fuller Benton mendesain ulang font ini, sehingga style-nya menjadi lebih indah dan elegan lagi. Font ini digunakan dalam berbagai poster film Goodfellas, yang dibintangi oleh Robert De Niro, Ray Liotta dan Joe Pesci.


7. Didot (Firmin Didot, 1784-1811)



Didot merupakan font alternatif Bodoni yang sama populernya, yang dirilis juga kurang lebih dalam waktu yang sama.

Font ini pada dasarnya merupakan versi lebih langsing dari Bodoni sih, sekaligus mengambil sedikit inspirasi juga dari Baskerville.


8. Futura (Paul Renner, 1927)



Didesain tahun 1920-an, Futura menjadi semacam patokan (benchmarking) untuk para desainer penggemar font geometric sans.

Sampai sekarang, font ini hampir selalu digunakan dalam setiap karya komunikasi visual. Volkswagen saja nggak pernah ganti, selalu menggunakan font ini dalam logonya.


9. Gill Sans (Eric Gill, 1928)




Disebut juga sebagai English Font, Gill Sans didesain oleh Eric Gill, yang banyak bekerja dengan Edward Johnston--yang menciptakan font Johnston untuk dipakai oleh media London Underground secara eksklusif.

Gill Sans disukai oleh para desainer grafis karena variasi dan ketebalannya yang beragam.


10. Frutiger (Adrian Frutiger, 1977)



Font ini didesain oleh Adrian Frutiger untuk desain signage bandara baru Paris tahun 1977. Tadinya sih Frutiger sudah mendesain font yang dinamainya Univers, namun katanya font-nya terlalu kaku dan geometris. Kurang luwes gitu deh.

Maka kemudian, font ini pun muncul.


Nah, kamu sendiri suka pakai font yang mana sih? Dan, kenapa suka pakai font tersebut?
Share di kolom komen ya!