Kamu suka baca buku sastra nggak? :)
Saya adalah penggemar buku sastra, terutama yang lawas dan langka dari para sastrawan besar negeri ini. Adalah mimpi saya untuk bisa berkolaborasi dengan mereka ini, nggak tahu dalam bentuk apa. Atau mungkin sekadar ketemu? Barangkali, suatu hari saya bisa mewujudkannya.
Kemudian, ternyata datanglah kesempatan itu.
Sekitar bulan September 2015 yang lalu, saya mendapatkan inbox via Facebook. Dari Mas Eka Pojok Cerpen. Yang sering berburu buku-buku lawasan dan langka, pasti sudah tahu sama Pojok Cerpen :D Kalau belum ya, silakan kenalan deh hehehe.
Intinya, Mas Eka bilang sudah lama memperhatikan sketsa-sketsa yang sudah pernah saya hasilkan. Dari situ, saya malah kaget. Saya pikir, Mas Eka nggak pernah nge-like ataupun ngomen pada gambar-gambar yang sudah saya upload. Tapi ternyata, apresiasinya langsung via japri. It means a lot, and I mean a lot! Bukan mengecilkan peran teman-teman yang sudah ngelike, ngeshare dan ngomen lho ya. Tidak sama sekali. Diapresiasi dalam bentuk apa pun saya bersyukur, karena semua saya lakukan tanpa beban, tanpa target, dan dengan senang hati. Bahkan kalaupun dicaci maki, saya juga nggak peduli kok hahaha :)) Ya, kasarannya gitu.
Pada intinya, saya diundang untuk ikut memeriahkan buku kumpulan cerpen Puthut EA yang akan diterbitkan ulang.
Wait a minute!
Puthut EA?
Puthut EA, YANG ITU? That Puthut EA?
Iya, Puthut EA yang itu. :)) Tentang siapa Puthut EA, silakan googling aja ya. Heuheu.
Kembali ke topik.
Jadi dalam rangka memeriahkan buku Puthut EA itu, Mas Eka meminta saya untuk berkreasi sebebas-bebasnya dengan pensil dan kertas sketsa saya. Kemungkinan, kalau cocok, sketsa saya bisa saja diadopsi menjadi ilustrasi untuk cover :)
Saya, tentu saja, menyanggupi. Yamasa nolak?
Singkat cerita, saya mulai sket-sket. Sebelumnya saya di-deadline bulan Oktober untuk cover alternatif 4 buku. Jadi, dengan itungan 2 alternatif untuk masing-masing buku, berarti saya harus menyelesaikan 8 alternatif sketsa dalam waktu lebih kurang 2 minggu.
Beberapa hari kemudian, saya dapat kabar. Bahwa ternyata untuk cover, seorang seniman lukis bersedia menyumbangkan ilustrasinya untuk menjadi 'wajah' buku tersebut. Tapi Mas Eka tetap memerlukan sketsa-sketsa saya untuk menjadi ilustrasi bagian dalam buku.
Buat saya sih, itu sama saja. Mau di muka, mau di badan. Yang penting saya bisa nitip sketsa di buku orang, sastrawan lagi. :))
Ternyata (lagi), ada sekitar 15 sketsa saya sudah dipilih untuk dimasukkan ke dalam buku kumpulan cerpen "Sarapan Pagi Penuh Dusta". Semua sketsa tersebut pernah saya upload di Instagram. Sebagian sudah ada ruhnya, karena kadang saya nulis flashfiction dulu baru kemudian menggambar sketsanya. Sedangkan beberapa yang lain, saya nggambar sketsa dulu baru kemudian saya bikin flashfiction-nya.
Saya cukup surprise dengan sketsa-sketsa yang sudah dipilih itu, karena itu sketsa saya gambar atas imajinasi saya sendiri lalu, apa iya cocok dengan cerpen yang sudah ditulis oleh Puthut EA? Semacam pertanyaan besar muncul di otak saya. Tapi, memang cuma saya batin aja sih :lol: Aslinya, ya saya kasih semua sketsa yang sudah dipilih itu :lol:
Tunggu punya tunggu ...
Tiba-tiba saya di-mention beberapa waktu kemudian.
O.M.G. Buku kumpulan cerpen "Sarapan Pagi Penuh Dusta" sudah terbit, dengan 15 sketsa saya di dalamnya. Dan, pertanyaan besar saya masih belum terjawab. Apa iya, cocok itu antara sketsa saya dengan cerpen-cerpennya Puthut EA? Sumpah, barangkali menunggu sedikit lagi lebih lama saya bisa mati penasaran :))
Keesokan harinya, ... jengjengjeng! Buku kumpulan cerpen "Sarapan Pagi Penuh Dusta" ini sampai di pelukan saya. Dengan nepsong, saya segera buka segelnya agar semua pertanyaan saya terjawab.
Dan apakah terjawab? :D
Sesungguhnya, saya masih nggak percaya. Bagaimana bisa cerpen dan sketsa yang dibuat sendiri-sendiri bisa memadu seperti ini. Ada sensasi baru yang lahir, dan rasanya .... luar biasa!
Terima kasih, atas kesempatan dan apresiasi yang luar biasa ini :) *menjura*
Sekarang, buku ini sudah dicetak ulang dengan penampilan baru. Saya sudah jarang menemukan yang edisi ini lagi, karena kabarnya memang waktu itu hanya dicetak terbatas.
So, terima kasih sekali lagi kesempatannya. Luar biasa banget, rasanya.